Sabtu, 02 April 2016

MODEL PEMBELAJARAN SOSIAL

MODEL PEMBELAJARAN SOSIALMengapa dikatakan model pembelajaran sosial ? karena pendekatan pembelajaran yang termasuk dalam kategori model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain. Model – model dalam kategori ini difokuskan pada peningkatan kemampuan individu dalam berhubungan dengan orang lain, terlibat dalam proses demokratis dan bekarja secara produktif dalam masyarakat.           Dalam hal ini, akan dipelajari 3 model pembelajaran yang termaksud ke dalam pendekatan pembelajaran sosial, yaitu :1.      Model pembelaaran main peran
2.      Model pembelajaran simulasi sosial
3.      Model pembelajaran telaah atau kajian yurisprudensiA.  MODEL PEMBELAJARAN BERMAIN PERANModel ini, pertama, dibuat berdasarkan asumsi bahwa sangatlah mungkin menciptakan analogi otentik ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Kedua, bahwa bermain peran dapat mendorong siswa mengeks-presikan perasaannya dan bahkan melepaskan. Ketiga, bahwa proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan ( belief ) kita serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Model ini dipelopori oleh George Shaftel.            Dalam kehdupan nyata, setiap orang mempunyai cara yang unik dalam berhubungan dengan orang lain. Masing – masing dalam kehidupan memainkan sesuatu yang dinamakan peran oleh karena itu, untuk dapat memeahami diri sendiri dan orang lain ( masyarakat ) sangatlah penting bagi kita untuk menyadari peran dan bagaimana peran tersebut dilakukan. Untuk kebutuhan ini, kita mampu menempatkan diri dalam posisi atau situasi orang lain dan mengalami / mendalami sebanyak mungkin pikiran dan perasaan orang lain tersebut. Kemampuan ini adalah kunji bagi setiap individu untuk dapat memehami dirinya dan orang lain yang pada akhirnya dapat berhubungan dengan orang lain ( masyarakat ).            Bermain peran sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri ( jati diri ) di dunia sosial dan memecahkan dilema dengan bantuan kelompok . Artinya, melalui bermain peran siswa belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran – peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses bermain peran ini dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna sebagai sarana bagi siswa untuk :1.      Menggali perasaannya,
2.      Memperoleh inspirasi dan penambahan yang berpengaruh terhadap sikap, nilai, dan persepsinya,
3.      Mengembangkan keterampilan dan sikap dalam memecahkan masalah, dan
4.      Mendalami mata pelajaran dengan berbagai macam cara. Hal ini akan bermanfaat bagi siswa pada saat terjun ke masyarakat kelak Karena ia akan mendapatkan diri dalam suatu situasi dimana begitu banyak peran terjadi, seperti dalam lingkungan keluarga, bertetangga, lingkungan kerja, dan lain – lain.
 Prosedur PembelajaranKeberhasilan model pembelajaran melalui bermain peran tegantung pada kualitas permainan peran ( enactment ) yang diikuti dengan analisis terhadapnya. Disamping itu, tergantung pula pada persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata ( real life situation ).            Prosedur bermain peran terdirii atas 9 langkah, yaitu :1.      Pemanasan ( warning up ),
2.      Memilih partisipan,
3.      Menyiapkan pengamat ( observer ),
4.      Menata panggung,
5.      Memainkan peran ( manggung ),
6.      Diskusi dan evaluasi,
7.      Memaikan peran ulang ( manggung ulang ),
8.      Diskusi dan evaluasi kedua, dan
9.      Berbagai pengalaman dan kesimpulan.
Ø  Langka pertama, Pemanasan. Guru berupaya memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh.
Hal ini bias muncul dari imajianasi siswa atau sengaja  disisap kan oleh guru. Sebagai contoh, guru menyediakan satu cerita untuk dibaca di depan kelas. Pembacacan cerita berhienti  jika dilema dalam cerita menjadi jelas. Kemudian dilanjutkan dengan pengajuan pertanyaan oleh guru yang membuat sisiwa berpikir tentang hal tersebut dan memprediksikan akhir dari cerita.Ø  Langkah kedua, memilih pemain ( partisispan ). Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan sisapa yang akan memainkannya dalam pemilihan pemaini ini guru dapat memilih siswa yang sesuai untuk memainkannya atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan siapa dan mendeskripsikan peran-perannya. Langka kedua ini lebih baik. Langkah pertama dilakukan jika sisiwa pasif dan enggan untuk berperan apa pun. Sebagai cuntoh seorang anak memilih peran sebagai seorang ayah. Dia ingin memerankan  seorang ayah yanga galak dan kumis tebal. Guru menunjuk sala seorang siswa untuk memrankan anak seperti ilustrasi di atas.
Ø  Langka ketiga,menata pangung.  dalam hal ini guru mendiskusikan dengan siswa dimana dan bagai mana peran itu akan di mainkan apa  saja kebutuhan yang di perlukan. Pertama pangung ini dapat sederhana atau kompleks. Yang paling sederhana adalah haya bahasa scenario ( tampa dialog lengkap ) yang mengambarjkan urutan permainan peran. Misalnya siapa dulu yang muncul, kemudian di ikuti oleh siapa, dan seterusnya.sementara penatan pangungung yang lebih kompleks meleputi  eksesoris lain seperti kostum dan lain-lain konsep seder hana memukinkan untuk dilakukan karena intinya bukan kemewahan panggung tapi , tetapi proses bermain peran itu sendiri.
Ø  Langaka keempat. Guru menunjuk beberapa siswa sebagai pengamat. Namaunlangka demikian, penting untuk dicatat bahawah pengamat di sini  harus juga terlibat aktif dalam permainan peran. Untuk itu, walaupun  mereka ditugaskan sbagai pengamat, guru sebaiknya memberikan tugas peran terhadap mereka agar dapat terlibat aktif dalam permainan peran tersebut.
Ø  Langaka kelima, permainan peran dimulai. Permainan peran dilaksanakan secara spontan. Pada awalnya akan banyak siswa yang masi bingung memainkan peran atau bahkan, mungkin ada yang memainkan peran yang bukan perannya.jika permainan peran sudah terlalu jauh keluar jalur, guru dapat menghentikannya untuk segera masuk kelangkah berikutnya.
Ø  Langka keenam, guru bersama siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi ulang terhadap peran-peran yang dilakukan. Usulan perbaikan akan mucul mukin ada siswa mungkin ada siswa yang minat untuk berganti peran. Atau bahakan alur ceritanya akan sedikit barubah. Apapun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah.
Setelah diskusi dan evaluasi selesai, dilanjutkan kelangka ketujuh. Yaitu permainan peran ulang. Seharusnya , dalam pemainan peran kedua ini akan berjan baik siswa dapat memainkan permainanya lebih sesuai dengan scenario.Dalam diskusi dan evaluasi pada langka langka kedelapan, pembahasan diskusi dan evaluasi lebih diarahkan pada realitas. Mengapa demikian ? karena apa saat permainan peran dilakukan, banyak perang yang melampaui batas kenyataan. Misalnya seorang siswa memainkan peran sebagai pembeli. Ia membeli barang dengan harga yang tidak realistis. Hal ini dapat menjadi bahan diskusi. Contoh lain, seorang siswa memerankan perang orang tua yang galak. Kegalakan yang dilakukan orang tua ini dapat dijadikan bahan diskusi.Ø  Pada Langkah kesembilan, siswa diajak untuk berbagi pengalaman tentang tema permainan peran yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Misalnya siswa akan berbagi pengalaman tentang bagaimana ia dimarahi habis – habisan oleh ayanhnya. Kemudian guru membahas bagaimana sebaiknya siswa mengahadapi situasi tersebut. Seandainya jadi ayah dari siswa tersebut, sikap seperti apa yang sebaiknya dilakukan. Dengan cara ini, siswa akan belajar tentang kehidupan.
2. AplikasiMelalui permainan peran, siswa dapat meningkatkan kemampuan untuk mengnal perasaan orang lain. Mereka memperoleh cara berperilaku baru untuk mengatasi masalah seperti dalam permainan perannya dan dapat meningkatkan keterampilan memecahkan masalah. B. MODEL PEMBELAJARAN SIMULASI SOSIALSimulasi telah diterapkan dalam pendidikan lebih dari tiga puluh tahun. Pelopornya antara lain Serene Boocock dan Harold Guetzkow. Walaupun model simulasi bukan berasal dari disiplin ilmu pendidikan, tetapi merupakan penerapan dari prinsip sibernetik, suatu cabang dari psikologi sibernetik yaitu suatu studi perbandingan antara mekanisme control manusia ( biologis ) dengan sistem elekromekanik, seperti komputer. Jadi, berdasarkan teori sibernetika, ahli psikologi menganalogikan mekanisme kerja manusia seperti mekanisme mesin elektronik. Menganggap siswa ( pembelajar ) sebagai suatu sistem yang dapat mengendalikan umpan balik sendiri ( self regulated feedback ). Sistem kendaliumpan balik ini, baik pada manusia atau mesin ( seperti komputer ) mempunyai tiga fungsi, yakni (1) menghasilkan gerakan / tindakan sistem terhadap target yang diinginkan ( untuk mencapai tujuan tertentu yang diinginkan ), (2) membandingkan dampak dari tindakannya tersebut, apakah sesuai atau tidak dengan jalur / rencana yang seharusnya ( mendeteksi kesalahan ), dan (3) memanfaatkan kesalahan ( error ) untuk mengarahkan kembali kearah / jalur yang seharusnya.            Jika, ahli sibernetik menginterpretasikan manusia sebagai suatu sistem control yang dapat mengarahkan tindakannya dan memperbaiki tindakannya dengan mendasarkan pada umpan balik. Dengan demikian, belajar dalam konteks sibernetik merupakan proses mengalami konsekuensi lingkungan secara sensorik dan melibatkan perilaku koreksi diri ( self corrective behavior ). Oleh karena itu, pembelajaran harus didesain sedemikian rupa sehingga tercipta suatu lingkungan yang dapat menghasilkan umpan balik yang optimal bagi siswa.            Aplikasi prinsip sibernetik dalam pendidikan terlihat dengan semakin banyaknya simulator yang diperkembangan untuk berbagai kebutuhan. Simulator adalah suatu alat yang diperkembangkan untuk berbagai kebutuhan. Simulator adalah suatu alat yang merepresentasikan realitas, dimana kerumitan aktivitasnya dapat dikendalikan. Contoh simulator pilot pesawat terbang, simulator pengendara mobil dan lain – lain.            Simulator memiliki beberapa kelebiahan, diantaranya ialah (1) siswa dapat mempelajari Sesuatu yang dalam situasi nyata tidak dapat dilakukan karena kerumitannya atau karena factor lain seperti risiko kecelakaan, bahaya, dan lain – lain, (2) memungkinkan siswa belajar dari umpan balik yang datang dari diri sendiri.            Contoh simulasi yang terkenal diindonesia adalah simulasi pedoman penghayatan dan pengalaman pancasila. Suatu simulator yang dirancang untuk meningkatkan wawasan dan pengalaman nilai – nilai pancasila. Contoh lainnya ialah Life Cereer Game, suatu permainan yang dirancang bagi konselor untuk membantu siswa dalam merencanakan karier : internasional simulation atau simulator yang dirancang untuk mengajarkan prinsip – prinsip hubungan internasional ; permainan yang sering digunakan anak – anak, yaitu monolopi.   1.      Prosedur Pembelajaran
Proses simulasi regantung pada peran guru / fasilitator. Ada empat prinsip yang harus dipeggang oleh fasilitator / guru. Pertama adalah penjelasan. Untuk melakukan simulasi pemain harus benar – benar memahami aturan main. Oleh karena itu, guru / fasilitator hendaknya memberikan penjelasan dangan sejelas – jelasnya tentang aktivitas yang harus dilakukan berikut konsekuensi – konsekuensinya.            Kedua adalah mengawasi ( refeering ). Simulasi dirancang untuk tujuan tertentu denagn aturan dan prosedur main tertentu. Oleh karena itu, guru / fasilitaror harus mengawasi proses simulasi sehingga berjalan sebagaimana seaharusnya. Ketiga adalah melatih ( coaching ). Dalm simulasi, permainan / peserta akan mengalami kesalahan. Oleh Karena itu, guru / fasilitator harus memberikan saran, petunjuk, atau arahan sehingga memungkinkan mereka tidak melakukan kesalahan yang sama. Keempat adalah diskusi. Dalam simulasi, refleksi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, setelah simulasi selesai, fasilitator / guru mendiskusikan beberapa hal, seperti (1) seberapa jauh simulasi sudah sesuai dengan situasi yang nyata ( real word ), (2) kesulitan – kesulitan, (3) hikmah apa yang dapat diambil dari simulasi, dan (4) bagaimana memperbaiki / meningkatkan kemampuan simulasi, dan lain – lain.            Tahap pertama, pembelajaran simulasi adalah menyiapkan siswa yang menjadi pemeran dalam simulasi.            Dalam tahap kedua, guru menyusun skenario dengan memperkenalkan siswa terhadap aturan, peran, prosedur, pemberi skor ( nilai ), tujuan permainan, dan lain – lain. Guru mengatur siswa untuk memegang peran – peran tertentu, kemungkinan ada interupsi apabila terjadi kesalah pahaman sehingga proses simulasi dapat berjalan kembali seperti seharusnya. Tahap terakhir adalah debriefing. Guru mendiskusikan tentang beberapa hal seperti telah dijelaskan diatas. 2.      Aplikasi
Permainan simulasi dapat merangsang berbagai benruk belajar, seperti belajar tentang persaingan ( kompetisi ), kerja sama, empati, sistem sosial, konsep, keterampilan, kemampuan berpikir kritis, pengambilan keputusan, dan lain – lain.            Model ini agak rumit, tergantung pada pengembangan simulasi yang tepat, baik yang melibatkan peneliti, pengembang ( sistem analis, programmer, dan lain – lain ), perusahaan komersial, guru atau kelompok guru, dan lain – lain. Dewasa ini, dengan  semakin majunya teknologi komunikasi atau informasi, seperti computer dan multi media, telabanyak permainan simulasi diahasilkan untuk berbagai kebutuhan yang mencakup berbagai topik disiplin ilmu ( mata pelajaran  ) C. MODEL PEMBELAJARAN TELAAH YURISPRUDENSI ( JURISPRUDENTIAL INQUIRY)Model pemabelajaran yang dipelopori oleh Donal Oliver dan Jems P. Shaver ini didasarkan atas pemahan masarakat dimana setiap orang berbeda pandangan dan proritas satu sama lain dan nialai-nilai sosialanya saling berkonfrontasi satu sama lain. Memecahkan masalah kompleks dan kontroversial didalam konteks aturan social yang produktif membutuhkan warga Negara yang mampu berbicara satu sama lain dan mampu bernegosiasi tentang keperbadaan tersebut..            Oleh karna itu pendidikan harus mampu menghasilkan individu calon warga Negara yang mengatasi konfilik perbedaan dalam berbagai hal. Model pembelajaran ini membaantu sisw untuk belajar perpikir secara sistematis tentangg isu-isu kontemporer yang sedang dalam masyarakat. Dengan memberikan mereka cara-cara menganalisis dan mendiskusikan isu-isu social, model pembelajaran ini membantu siswa untuk berprestasi dalam mendefinisikan ulang nilai-nila social.            Jadi, model pembelajaran telaah jurisprudensial melatih siswa utuk peka terhadap permasalahan social, mengambil posisi (sikap) terhadap permasalahan tersebut, serta mempertahankan sikap tersebut dengan argumentasi yang relevan dan valid model inijuga dapat mengajarkan siswa untuk dapat menerima atau menghargai sikap orang lain terhadap suatu masalah yang mungkin bertentangan dengan sikap yang ada pada dirinya. Atau sebaliknya, ia  bahkan menerima dan mengakui kebenaran sikap yang diambil oleh orang lain terhadap suatu isu sosial tertentu. Sebagai contoh, seorangsiswa mengambil sikap tidak setuju atas kenaikan harga bahan bakar minyak dengan berbagai argumentasi yang rasionalis dan logis  tentunya yang mengambil sikap sebaliknya ( setuju ) yang dengan argumentasi yang logis dan rasional. Akhirnya keduanya sama-sama dapt menganalisis kelebihan dan kelemahan dari masing-masing posisi (sikap) yang diambilnya sebaliknya,bisa saja teman yang setuju kenaikan BBM akan berubah sikapnya jadi tidak setuju setela tidak mendengarmendangar argumentasi dari temannya yanglain yang menurutnya lebih bai, lebih rasional, dan mempunyai implikasi yang positif terhadap masyarakat.1.      Prosedur pembelajaran
Utamanya kunci utama keberhasilan mode ini adalah melalui metode dialog socrantes (debat konforontatif). Langka-langka yang harus dilakukan meliputi : (1) orentasi terhadap kasus, (2) mengendentifikasi isu, (3) mengambil posisi (sikap), (4) mengambil argumentasi untuk mendukung posisi (sikap) yang diambil, (5) memperjelas ulang dan memperkuat posisi (sikap), dan (6) menguji asumsi tentang fakta, defenisi, dan konsekuensi. Pada tahap pertama, guru memperkenalkan kepada sisiwa materi-materi kasus dengan membaca cerita, menonton filem yang mengambarkan konfilik nilai, atau mendiskusikan kejadian-kejadian hangat dalam kehidupan sekitar, kehidupan sekola atau suatu komunitas masyarakat. Langkah kedua yang termasuk dalam ke dalam tahap orentasi adalah mengkaji ulang fakta-fakta dengan menggambarkan peristifa dalam kasus, menganalaisis siapa melakuakan apa. Dan mengapa terjadi seperi demikian.  Pada tahap kedua, siswa mensitensi fakta, mengaitkannya dengan isu-isu umum dan mengendentifikasi nilai-nilai yang terlibat dalam kasus tersebut (misalnya,isu tersebut baerkaitan dengan kebebasan mengemukakan pendapat,otonomi daerah, bersama hak, dan lain-lain), dalam tahap satu dan dua ini siswa belum diminta mengepresikan pendapat atau sikapnya terhadap kasus tersebut.Pada tahap ketiga,siswa diminta untuk mengambil posisi (sikap/pendapat) terhadap isu tersebut dan menyatakaan sikapnya. Misalanya dalam kasus bayaran uang sekolah, siswa menyatakan sikapanya bahwa seharusnya pemerinta tidak menentukan besarbiaya sekolah yang harus diberlakukan untuk setiap sekolah karena hal itu melanggar hak otonomi sekolah.
 Pada tahap keempat,sikap (posis/pendapat)siswa digali lebih dalam.guru sekarang memainkan peran ala Socrates. Memperdebatkan pendapat yang diajukan siswa dengan pendapat-pendapat konfrontatif.dalam hal ini siswa di uji konsentrasi dalam dalam mempertahankan sikap/pendapat yang telah diambilnya. Disisni siswa dituntu untuk mengajukan argumentasi logis dan rasional yang dapat mendukung pernyataan (posisi) yang telah dibuatnya
Tahap kelima,adalah tahap penentuan ulang kan posisi (sikap) yang telah diambil siswa.  Dalam tahap ini sikap (posisi) yang telah diambil siswa mungkin konsisten (tetap bertahan) atau beruba (tidak konsisten) tergantungdari hasil atau argumentasi yang terjadi tahap kempat jika argument siswa kuat,mungkin konsisten.jika tidak mungkin siswamengubaah sikapnya (posisinya)
Tahap keenam,adalah pengujian asumsi faktualyang mendasari sikap yang diambi siswa. dalam tahap ini guru mendiskusikan apakah argumentasi yang digunakan untuk mendukung pernyataan sikap tersebut relevan dan sah (vailid ).
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar